Kamis, 05 Mei 2011

Demokrasi, Riwayatmu Kini.....

Catatan 2009

"Apakah demokrasi itu? Demokrasi adalah ’pemerintahan rakjat’. Tjara pemerintahan ini memberi hak kepada semua rakjat untuk ikut memerintah. Tjara pemerintahan ini sekarang menjadi tjita-tjita semua partai nasionalis Indonesia. Tetapi dalam mentjita-tjitakan faham dan tjara-pemerintahan demokrasi itu, kaum Marhaen toch harus berhati-hati. Artinya: djangan meniru sahaja ’demokrasidemokrasi’ yang kini dipraktekkan di dunia luaran...." - Ir Soekarno, "Di Bawah Bendera Revolusi" (1965).
Itulah pernyataan Ir. Soekarno 45 tahun silam. Menurutnya, kita harus berhati-hati dalam mewujudkan demokrasi ala Indonesia karena demokrasi ala ”luaran”, dalam hal ini demokrasi ala Eropa dan Amerika, hanyalah demokrasi parlemen dan politik saja. Sedangkan demokrasi ekonomi itu tidak ada. Demokrasi ala Indonesia adalah demokrasi yang tidak hanya untuk mencari nama agar dikenal dunia luar, melainkan untuk mencari selamatnya perikemanusiaan bangsa Indonesia sendiri.
Nampaknya, demokrasi ala ”luaran” inilah yang terjadi saat ini. Pemerintah sedang fokus pada eksistensinya di mata dunia sehingga ada kesan kecenderungan untuk melupakan masalah situasi dalam negeri, mulai dari kasus KKN, skandal Century, kemiskinan, maupun ancaman pertahanan dan keamanan.
Tak bisa dipungkiri bahwa sejak Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Indonesia tak lepas dari bayang-bayang demokrasi sebagai sistem pemerintahan. Setidaknya ada empat jenis demokrasi yang pernah hidup di Indonesia. Pertama, demokrasi liberal atau demokrasi parlementer dimasa awal  kemerdekaan. Kedua, demokrasi terpimpin (1959-1966) ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin. Ketiga, demokrasi Pancasila (1967-1998) yang dimotori oleh Soeharto. Keempat, demokrasi Pasca-Soeharto yang hingga saat ini sedang dalam masa transisi, entah demokrasi liberal atau demokrasi model baru.
Sejatinya, demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang baik dari segi manapun. Namun sebaik apapun sistem tersebut, tetaplah dibutuhkan suatu proses yang evolusioner. Tidak serta merta ”jadi”. Kerja sama semua elemen masyarakat baik dari pihak pemerintah (eksekutif, legislatif, yudikatif), mahasiswa, rakyat menengah atas, maupun kaum menengah ke bawah amat dibutuhkan. Kesadaran semua elemen masyarakat akan sangat menentukan mau dibawa kemana negara ini.
Marilah kita belajar dari pengalaman kelebihan dan kekurangan masa demokrasi sebelumnya. Demokrasi liberal atau demokrasi terpimpin telah melahirkan berbagai pemikiran yang cemerlang dalam memimpin suatu pemerintahan, namun tidak diikuti oleh kestabilan struktur pemerintahan. Kabinet bisa dengan mudah dijatuhkan oleh parlemen akibat adanya mosi tidak percaya. Pada masa demokrasi terpimpin, kewibawaan Indonesia di mata dunia tidak perlu diragukan. Berbagai manuver yang dilakukan oleh presiden Soekarno saat itu membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan militer yang cukup diperhitungkan di Asia. Sayangnya, dari segi politik kekuasaan presidan menjadi absolut. Sedangkan dari segi ekonomi, kesejahteraan rakyat kurang diperhatikan akibat kebijakan politik pada masa itu.
Demokrasi Pancasila pada era kepemimpinan Soeharto memiliki kelebihan relatif baik dari segi ekonomi karena harga-harga barang dan jasa dapat dijangkau oleh masyarakat akibat sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM yang baik. Namun, maraknya kasus KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme) yang menjangkiti pemerintahan menjadi titik lemah masa ini. Stabilitas keamanan sangat dijaga sehingga membatasi kebebasan pers dan rakyat dalam berbicara dan berpendapat. 
Jadi, bagaimana demokrasi saat ini? Kita masih belum bisa menemukan jawabannya. Kemajuan nyata yang saat ini terjadi adalah bahwasannya kita lebih bebas dalam berpendapat, pemilu dilaksanakan secara langsung dan semua elemen masyarakat bisa terlibat secara langsung dalam pemerintahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger