Kutipan Analisis saya dalam Tugas MatKul Filsafat Sains
CAtatan 2011
TUGAS ESAI FILSAFAT SAINS
“Dampak Acara Musik terhadap Pendidikan Anak-anak dan Remaja”
Oleh:
Een Nur Robithoh (093654236)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS ’09
2011 Perkembangan Acara Musik
Perkembangan acara musik di Indonesia kiranya dimulai sejak awal tahun 1980-an. Saat itu, acara musik yang berkembang cukup beragam. Genre musik dewasa dan anak-anak saling bersinergi satu sama lain. Ada lagu dangdut dan lagu anak-anak yang populer saat itu. Di jalur dangdut nama-nama yang populer diantaranya Rhoma Irama, Meggy Z., Cici Faramida, Iis Dahlia, Ade Irma, dan lain-lain.
Tahun 1980 sampai pertengahan tahun 1990 tersebut merupakan masa keemasan bagi lagu anak-anak. Di era awal 90-an, melalui acara musik seperti “Si Komo”, “Dunia Anak”, “Tralala-Trilili”, “Ci-Luk-Ba”, “Kring-kring Olala”, dan masih banyak lagi dimunculkan lagu-lagu anak serta liputan-liputan yang cukup baik untuk ditonton anak-anak. Eksistensi penyanyi cilik masih terlihat. Terasa dengan munculnya penyanyi cilik seperti Enno Lerian dengan lagunya “Nyamuk-nyamuk Nakal” dan “Si Lumba-lumba” yang dinyanyikan si ganteng Bondan Prakoso. Di era akhir tahun 90-an pun penyanyi cilik belum mati keberadaannya. Muncul nama-nama seperti Joshua, Trio Kwek-kwek, Sherina, Tina Toon, Tasya, Agnes Monica dan masih banyak lagi. Lagu-lagu yang mereka bawakan pun masih syarat akan nilai pendidikan dan kegembiraan.
Kini, acara musik yang muncul di televisi semakin banyak dan berkembang. Semisal acara “Inbox” di SCTV, “Dahsyat” di RCTI, “Derings” di Trans TV, dan lain-lain.
Gambar 1. Logo acara musik yang tayang saat ini
Namun diantara sekian banyak acara musik, format acara yang ditampilkan hampir mirip antara satu dengan yang lain yaitu dengan menayangkan penyanyi atau band secara live (tapi lebih sering lipsinc), video musik beserta tangga lagu yang populer, serta presenter yang kocak dan menghibur. Jam tayang-nya pun satu dengan lainnya tak jauh berbeda, yaitu pada rentang waktu mulai pukul 07.30 - 10.00 WIB. Pada jam tersebut, beberapa stasiun televisi serentak dipenuhi oleh tayangan acara musik dengan berbagai genre namun dengan materi lagu yang sama yaitu seputar dunia orang dewasa berupa percintaan dan patah hati.
Minat Anak-Anak dan Remaja terhadap Acara Musik
Kemunculan berbagai acara musik di televisi akhir-akhir ini memicu munculnya fenomena histeria penonton dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pun tak mau ketinggalan. Pada acara musik berkonsep indoor (dalam ruangan) seperti “Dahsyat” dan “Derings”, biasanya dilaksanakan dalam sebuah studio, penonton didominasi oleh para remaja dengan kisaran umur 16-20an tahun. Anehnya wajah-wajah yang muncul pada acara musik konsep tersebut terkesan itu-itu saja alias orang yang sama setiap harinya. Tingkat antusiasme remaja yang tampil tampak sama besar, ditunjukkan dengan gerakan tangan dan kaki yang seragam, teriakan histeris saat idolanya keluar, serta kekompakan penonton saat bersama-sama bernyanyi sesuai lagu yang dinyanyikan idolanya.
Lain halnya dengan acara musik berkonsep outdoor (luar ruangan) seperti acara musik “Inbox”, “Mantap” dan “Hip Hip Hura” yang biasanya diselenggarakan di tempat terbuka misalnya lapangan atau depan mal-mal besar.
Gambar 1. Antusiasme penonton pada acara musik berkonsep outdoor
Acara konsep ini dihadiri oleh penonton dari berbagai kalangan mulai anak-anak kecil beserta kedua orang tuanya dan para remaja. Jadi, tak tertutup kemungkinan diantara mereka ada yang rela bolos sekolah demi menyaksikan penampilan artis idolanya. Para penonton rela berdesak-desakan demi melihat aksi panggung artis yang dihadirkan. Tak jarang mereka terlibat aksi saling senggol antarpenonton hingga memancing keributan yang tentu berbahaya terutama bagi penonton anak-anak.
Dampak Penayangan Acara Musik terhadap Pendidikan Anak-Anak dan Remaja
Tingginya minat anak-anak dan remaja untuk menghadiri acara musik yang tayang setiap hari, pada jam-jam dimana saat itu mereka seharusnya berada di sekolah dan menuntut ilmu demi masa depan mereka ternyata menimbulkan sebuah pertanyaan. Apakah anak-anak tersebut tidak bersekolah. Bagaimana pendidikan mereka. Tak adakah hal lain yang bisa dilakukan daripada sekedar nonton artis idola sambil berjingkrak heboh dan berlebihan. Apa yang ada di benak mereka tentang masa depan.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh acara musik televisi yang tayang saat ini:
Waktu tayang acara musik yang intens hadir dengan durasi waktu hingga dua jam lebih, menimbulkan waktu anak-anak dan remaja untuk belajar menjadi berkurang. Mereka lebih memilih untuk menyaksikan acara musik yang menampilkan penyanyi idola mereka ketimbang duduk manis membaca buku.
Kita sering menyaksikan anak-anak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa mengenai dunia percintaan dan patah hati. Berkembangnya musik dewasa ini tidak diiringi dengan perkembangan musik anak. Tidak ada batasan antara musik dewasa dengan musik anak-anak sehingga musik dewasa masuk ke hampir setiap segmen dalam industri musik.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai anak-anak yang bernyanyi dengan lirik-lirik dewasa sambil bergoyang tubuh. Musik dewasa yang tidak sesuai dengan pola pikir anak menyebabkan perkembangan psikologis anak menjadi cepat “matang” dari yang seharusnya. Hal tersebut tidak lazim bagi perkembangan tingkah laku anak yang pola pikirnya masih sederhana. Jadi jangan heran kalau kita sering melihat anak-anak usia 7-15 tahun berdandan seperti layaknya orang dewasa demgan aksesosir dan make-up berlebihan.
Solusi yang bisa Dilakukan untuk Meminimalisir Dampak Penayangan Acara Musik terhadap Pendidikan Anak-Anak dan Remaja
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh hadirnya acara musik di televisi sebenarnya bisa diminimalisir. Acara musik yang hadir semestinya mampu menghadirkan manfaat dan keuntungan bagi “ketiga” belah pihak, yakni antara produser acara, artis, dan penonton, karena pada dasarnya semua sama-sama saling membutuhkan. Bagi produser acara, tentu ini adalah sumber penghasilan mereka. Bagi artis, acara musik dapat lebih mendekatkan artis dan fans-nya serta ajang promosi bagi karya terbaru mereka. Sedangkan dari penonton, dapat menyegarkan pikiran dengan mendengarkan lagu-lagu yang enak didengar sesuai selera masing-masing.
Berikut adalah beberapa solusi atau cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan:
Menata ulang waktu tayang acara musik agar disesuaikan dengan waktu produktif (saat dimana penonton melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti sekolah dan bekerja) penonton. Waktu tayang bisa dilakukan di siang atau sore hari (kalau ingin tayang tiap hari) dan akhir minggu serta dengan durasi waktu yang tidak lama, maksimal 2 jam per hari. Jadi jangan hanya mengacu pada profit atau keuntungan semata.
Berkembangnya musik dewasa ini semestinya diiringi dengan perkembangan musik anak.
Dengan melihat jumlah penduduk di atas, potensi cakupan masyarakat peminat musik anak sebenarnya cukup menjanjikan. Produser acara musik hendaknya mulai berani untuk mendobrak pasar musik dengan menampilkan penyanyi anak-anak dan lagu anak-anak yang sarat akan pendidikan dan imajinasi khas anak-anak.
Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mendidik dan mengarahkan anak kepada hal-hal yang menjadi dunia mereka. Perkembangan psikologis anak menjadi cepat “matang” dari yang seharusnya merupakan tugas orang tua untuk membenahinya. Apalagi sifat psikologis anak yang cenderung meniru apa yang dilihat dan didengar. Belum terlambat untuk membuat mereka bersikap sesuai umur mereka. Biarkan mereka bermain dan berekspresi, namun tetap dengan pengawasan.
Saran
Dampak negatif yang ditimbulkan tersebut dapat diminimalisir dengan cara menata ulang waktu tayang acara musik, menampilkan dan mempopulerkan kembali penyanyi dan lagu anak-anak, serta melibatkan peran serta orang tua untuk mengawasi konten yang dilihat dan didengar oleh anaknya.
Sumber Rujukan:
Perkembangan acara musik di Indonesia kiranya dimulai sejak awal tahun 1980-an. Saat itu, acara musik yang berkembang cukup beragam. Genre musik dewasa dan anak-anak saling bersinergi satu sama lain. Ada lagu dangdut dan lagu anak-anak yang populer saat itu. Di jalur dangdut nama-nama yang populer diantaranya Rhoma Irama, Meggy Z., Cici Faramida, Iis Dahlia, Ade Irma, dan lain-lain.
Tahun 1980 sampai pertengahan tahun 1990 tersebut merupakan masa keemasan bagi lagu anak-anak. Di era awal 90-an, melalui acara musik seperti “Si Komo”, “Dunia Anak”, “Tralala-Trilili”, “Ci-Luk-Ba”, “Kring-kring Olala”, dan masih banyak lagi dimunculkan lagu-lagu anak serta liputan-liputan yang cukup baik untuk ditonton anak-anak. Eksistensi penyanyi cilik masih terlihat. Terasa dengan munculnya penyanyi cilik seperti Enno Lerian dengan lagunya “Nyamuk-nyamuk Nakal” dan “Si Lumba-lumba” yang dinyanyikan si ganteng Bondan Prakoso. Di era akhir tahun 90-an pun penyanyi cilik belum mati keberadaannya. Muncul nama-nama seperti Joshua, Trio Kwek-kwek, Sherina, Tina Toon, Tasya, Agnes Monica dan masih banyak lagi. Lagu-lagu yang mereka bawakan pun masih syarat akan nilai pendidikan dan kegembiraan.
Kini, acara musik yang muncul di televisi semakin banyak dan berkembang. Semisal acara “Inbox” di SCTV, “Dahsyat” di RCTI, “Derings” di Trans TV, dan lain-lain.
Gambar 1. Logo acara musik yang tayang saat ini
Namun diantara sekian banyak acara musik, format acara yang ditampilkan hampir mirip antara satu dengan yang lain yaitu dengan menayangkan penyanyi atau band secara live (tapi lebih sering lipsinc), video musik beserta tangga lagu yang populer, serta presenter yang kocak dan menghibur. Jam tayang-nya pun satu dengan lainnya tak jauh berbeda, yaitu pada rentang waktu mulai pukul 07.30 - 10.00 WIB. Pada jam tersebut, beberapa stasiun televisi serentak dipenuhi oleh tayangan acara musik dengan berbagai genre namun dengan materi lagu yang sama yaitu seputar dunia orang dewasa berupa percintaan dan patah hati.
Minat Anak-Anak dan Remaja terhadap Acara Musik
Kemunculan berbagai acara musik di televisi akhir-akhir ini memicu munculnya fenomena histeria penonton dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pun tak mau ketinggalan. Pada acara musik berkonsep indoor (dalam ruangan) seperti “Dahsyat” dan “Derings”, biasanya dilaksanakan dalam sebuah studio, penonton didominasi oleh para remaja dengan kisaran umur 16-20an tahun. Anehnya wajah-wajah yang muncul pada acara musik konsep tersebut terkesan itu-itu saja alias orang yang sama setiap harinya. Tingkat antusiasme remaja yang tampil tampak sama besar, ditunjukkan dengan gerakan tangan dan kaki yang seragam, teriakan histeris saat idolanya keluar, serta kekompakan penonton saat bersama-sama bernyanyi sesuai lagu yang dinyanyikan idolanya.
Lain halnya dengan acara musik berkonsep outdoor (luar ruangan) seperti acara musik “Inbox”, “Mantap” dan “Hip Hip Hura” yang biasanya diselenggarakan di tempat terbuka misalnya lapangan atau depan mal-mal besar.
Gambar 1. Antusiasme penonton pada acara musik berkonsep outdoor
Acara konsep ini dihadiri oleh penonton dari berbagai kalangan mulai anak-anak kecil beserta kedua orang tuanya dan para remaja. Jadi, tak tertutup kemungkinan diantara mereka ada yang rela bolos sekolah demi menyaksikan penampilan artis idolanya. Para penonton rela berdesak-desakan demi melihat aksi panggung artis yang dihadirkan. Tak jarang mereka terlibat aksi saling senggol antarpenonton hingga memancing keributan yang tentu berbahaya terutama bagi penonton anak-anak.
Dampak Penayangan Acara Musik terhadap Pendidikan Anak-Anak dan Remaja
Tingginya minat anak-anak dan remaja untuk menghadiri acara musik yang tayang setiap hari, pada jam-jam dimana saat itu mereka seharusnya berada di sekolah dan menuntut ilmu demi masa depan mereka ternyata menimbulkan sebuah pertanyaan. Apakah anak-anak tersebut tidak bersekolah. Bagaimana pendidikan mereka. Tak adakah hal lain yang bisa dilakukan daripada sekedar nonton artis idola sambil berjingkrak heboh dan berlebihan. Apa yang ada di benak mereka tentang masa depan.
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh acara musik televisi yang tayang saat ini:
Waktu tayang acara musik yang intens hadir dengan durasi waktu hingga dua jam lebih, menimbulkan waktu anak-anak dan remaja untuk belajar menjadi berkurang. Mereka lebih memilih untuk menyaksikan acara musik yang menampilkan penyanyi idola mereka ketimbang duduk manis membaca buku.
Kita sering menyaksikan anak-anak menyanyikan lagu-lagu orang dewasa mengenai dunia percintaan dan patah hati. Berkembangnya musik dewasa ini tidak diiringi dengan perkembangan musik anak. Tidak ada batasan antara musik dewasa dengan musik anak-anak sehingga musik dewasa masuk ke hampir setiap segmen dalam industri musik.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai anak-anak yang bernyanyi dengan lirik-lirik dewasa sambil bergoyang tubuh. Musik dewasa yang tidak sesuai dengan pola pikir anak menyebabkan perkembangan psikologis anak menjadi cepat “matang” dari yang seharusnya. Hal tersebut tidak lazim bagi perkembangan tingkah laku anak yang pola pikirnya masih sederhana. Jadi jangan heran kalau kita sering melihat anak-anak usia 7-15 tahun berdandan seperti layaknya orang dewasa demgan aksesosir dan make-up berlebihan.
Solusi yang bisa Dilakukan untuk Meminimalisir Dampak Penayangan Acara Musik terhadap Pendidikan Anak-Anak dan Remaja
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh hadirnya acara musik di televisi sebenarnya bisa diminimalisir. Acara musik yang hadir semestinya mampu menghadirkan manfaat dan keuntungan bagi “ketiga” belah pihak, yakni antara produser acara, artis, dan penonton, karena pada dasarnya semua sama-sama saling membutuhkan. Bagi produser acara, tentu ini adalah sumber penghasilan mereka. Bagi artis, acara musik dapat lebih mendekatkan artis dan fans-nya serta ajang promosi bagi karya terbaru mereka. Sedangkan dari penonton, dapat menyegarkan pikiran dengan mendengarkan lagu-lagu yang enak didengar sesuai selera masing-masing.
Berikut adalah beberapa solusi atau cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan:
Menata ulang waktu tayang acara musik agar disesuaikan dengan waktu produktif (saat dimana penonton melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti sekolah dan bekerja) penonton. Waktu tayang bisa dilakukan di siang atau sore hari (kalau ingin tayang tiap hari) dan akhir minggu serta dengan durasi waktu yang tidak lama, maksimal 2 jam per hari. Jadi jangan hanya mengacu pada profit atau keuntungan semata.
Berkembangnya musik dewasa ini semestinya diiringi dengan perkembangan musik anak.
Dengan melihat jumlah penduduk di atas, potensi cakupan masyarakat peminat musik anak sebenarnya cukup menjanjikan. Produser acara musik hendaknya mulai berani untuk mendobrak pasar musik dengan menampilkan penyanyi anak-anak dan lagu anak-anak yang sarat akan pendidikan dan imajinasi khas anak-anak.
Sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk mendidik dan mengarahkan anak kepada hal-hal yang menjadi dunia mereka. Perkembangan psikologis anak menjadi cepat “matang” dari yang seharusnya merupakan tugas orang tua untuk membenahinya. Apalagi sifat psikologis anak yang cenderung meniru apa yang dilihat dan didengar. Belum terlambat untuk membuat mereka bersikap sesuai umur mereka. Biarkan mereka bermain dan berekspresi, namun tetap dengan pengawasan.
Saran
Dampak negatif yang ditimbulkan tersebut dapat diminimalisir dengan cara menata ulang waktu tayang acara musik, menampilkan dan mempopulerkan kembali penyanyi dan lagu anak-anak, serta melibatkan peran serta orang tua untuk mengawasi konten yang dilihat dan didengar oleh anaknya.
Sumber Rujukan:
http://erik12127.wordpress.com/2008/06/01/alat-alat-musik-penunjang-perkembangan-musik-indonesia/
http://ianbali.wordpress.com/2009/04/16/perkembangan-acara-musik-indonesia/
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/20903/PKM%20GT%20Musik%20Dewasa%20Vs%20Musik%20Anak.pdf?sequence=5
kenyataannya para siswa itu lebih mudah menghafal lagu dari pada menghafak pelajaran. apa yang menyebabkan itu terjadi. bisa kah di hubungkan dgn otak kanan dan kiri mereka???
BalasHapus