Kadang Kamu Benar-benar Punya Momen untuk GALAU.
Galau. Kata paling populer abad ini. Galau gak cuma untuk para ABG (Anak Baru Gede). Semua orang bisa galau. SEMUA.
Termasuk saya. Iya. Saya galau. Bingung diantara 2 pilihan. 2 Pilihan yang sama-sama disuka dan diinginkan sejak awal.
Weits!!!
Ini bukan soal lelaki ya. Haha
Hidup itu penuh dgn pilihan.
Ini cerita beberapa bulan lalu. Saat saya harus memilih antara:
1. Ikut program SM3T (sarjana mendidik di daerah terdepan terluar dan terpencil)
Atau
2. Mengajar di SMP yg saya inginkan ketika saya selesai kuliah.
Dan, pada akhirnya saya memilih dan menjalani opsi ke 2.
Banyak pertimbangan hingga akhirnya saya memilih pilihan ke-2. Saat itu situasinya memang sulit.
Pertama, tahun ini adalah tahun Bapak untuk pergi haji. Tepatnya di bulan September.
Kedua, entah bagaimana ceritanya si Adik akhirnya diterima di UIN Surabaya. Mau tidak mau, hijrahlah si Adik ke Surabaya di bulan yang sama.
Ketiga, Ibu. Tinggallah Ibu sendiri di rumah. (Dengan catatan saya jd pergi ke Luar Jawa). Di awal September beliau menunjukkan tanda-tanda kurang sehat memang, dan semakin parah menjelang detik2 keberangkatan saya.
Lha terus kenapa daftar kalau ujung-ujungnya tidak jadi pergi?
Tentu saya tidak menyangka bahwa akhirnya saya tidak jadi pergi. Sebab di awal pendaftaran, meski dengan cara sembunyi-sembunyi dan akhirnya ketahuan, Bapak menunjukkan dukungannya 100% terhadap keputusan saya. Bahkan beliau banyak membantu meyakinkan Ibu saya bahwa keputusan untuk mengikuti SM3T adalah tepat. Jadi, setelah lolos tes verifikasi tahap pertama, lanjutlah saya ke tahap tes kedua yaitu tes Online yang menggunakan sistem komputer seperti tes CAT pada rekrutmen CPNS. Meski sempat terkendala oleh koneksi jaringan, tes-nya berjalan dengan baik.
Awal Juni 2014, pengumuman muncul dan saya dinyatakan LULUS.
Disisi lain, untuk jaga-jaga kalau saya tidak lulus tes SM3T, saya pun mengajukan lamaran di SMP yang saya incar sejak awal. Dan karena hanya itu yang diinginkan, tak seperti teman-teman lain yang mengajukan lamaran ke berbagai instansi, saya hanya mengajukan 1 surat lamaran sejak saya lulus kuliah. Tak ada niat sama sekali untuk coba-coba lamar di sekolah lain.
Setelah dinyatakan lulus seleksi akademik, berikutnya adalah tes wawancara. Segala persyaratan yang diminta dibawa saat tes wawancara yaitu:
(1) Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku Asli dan Fotokopi
(2) Fotokopi ijazah yang telah disahkan (legalisasi).
(3) Khusus lulusan tahun 2014 yang belum memiliki ijazah dapat menggunakan Surat Keterangan Lulus (SKL) Asli yang ditandatangani dan/atau diketahui Pembantu/Wakil Rektor Bidang Akademik.
(4) Fotokopi transkrip nilai yang telah disahkan (legalisasi).
(5) Surat keterangan sehat dari dokter.
(6) Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN) dari pejabat yang berwenang.
(7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Polres/Polresta.
(8) Surat pernyataan belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti Program SM-3T dan Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang dibuktikan dengan materai 6000 rupiah.
(9) Surat Izin Orang tua/Wali yang ditandatangani dan dibuktikan dengan materai 6000 rupiah.
SEE??!? persyaratan pada poin 5, 6, 7, dan 9 itu, tanpa dukungan dari kedua orang tua mana bisa lanjut. Di hari tes wawancara, yang kebetulan sama dengan hari tes Adik saya di UINSA, dengan diantar oleh tetangga kami sebagai pengemudi karena kedua orang tua berhalangan untuk mengantar, nampaknya segala sesuatu tampak sangat dimudahkan oleh Alloh SWT.
Bagaimana tidak, pada papan pengumuman tertera bahwa pewawancara kelompok saya nanti adalah sosok Dosen yang saya kenal dengan cukup baik selama kuliah. Bahkan kami sempat bertegur sapa saat akan naik Lift menuju tempat wawancara. Saat wawancara pun, sambil bercanda, beliau bilang tidak perlu menanyakan nama saya karena memang sudah saling mengenal.
Yap. Semua nampak begitu mudah sejauh ini.
Saya juga masih ingat, waktu itu adalah tanggal 5 Juli 2014 ketika saya mendapatkan panggilan untuk wawancara dari SMP idaman saya, tempat saya mengajar saat ini. Ternyata hari itu, bukan hanya sekedar wawancara, melainkan juga pernyataan bahwa saya diterima mengajar disana.
Galau-lah orang sekeluarga. Terutama Bapak. Mulai ragu melepas. Ibu apalagi. si Adik malah.
Singkat cerita, setelah dapat bisikan dari sana-sini, kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah. #ApaSih
Semua menyatakan "SEBAIKNYA JANGAN PERGI. DISINI SAJA."
Saya sendiri sekarang.
Keduanya sama-sama diinginkan dan dimau. Kalau boleh egois, mau dua-duanya. Inginnya diijinkan pergi 1 tahun, tapi juga ditunggu kepulangannya untuk mengajar di SMP ini.
Akhirnya, karena kabar final SM3T belum diperoleh, saya pun menunggu sembari mengisi waktu beberapa pekan untuk mengajar disana. Kalau kata Ibu, lumayan dapat pengalaman. Aihh.. bisanya merayu..
Dannn...
pada tanggal 20 Juli 2014, saya dinyatakan lulus tes wawancara dan diharuskan hadir di LPTK pada tanggal 13 Agustus 2014 untuk registrasi dan mulai Prakondisi pada keesokan harinya pada tanggal 14 hingga 26 Agustus 2014.
Jeda waktu yang cukup lama itu ternyata mampu membalikkan semua keadaan. berbagai peristiwa terjadi. Dan... disinilah saya sekarang.
Merelakan resolusi nomer 1 tahun ini.
Saya yang putuskan dengan 3 pertimbangan yang sudah saya kemukakan di bagian awal, plus 1 fakta yang masih saya ingat adalah bahwa Nenek saya yang meninggal di bulan Juli 2014, hingga saat terakhirnya menginginkan saya tetap di sini dan melarang saya pergi. :)Weits!!!
Ini bukan soal lelaki ya. Haha

Hidup itu penuh dgn pilihan.
Ini cerita beberapa bulan lalu. Saat saya harus memilih antara:
1. Ikut program SM3T (sarjana mendidik di daerah terdepan terluar dan terpencil)
Atau
2. Mengajar di SMP yg saya inginkan ketika saya selesai kuliah.
Dan, pada akhirnya saya memilih dan menjalani opsi ke 2.
Banyak pertimbangan hingga akhirnya saya memilih pilihan ke-2. Saat itu situasinya memang sulit.
Pertama, tahun ini adalah tahun Bapak untuk pergi haji. Tepatnya di bulan September.
Kedua, entah bagaimana ceritanya si Adik akhirnya diterima di UIN Surabaya. Mau tidak mau, hijrahlah si Adik ke Surabaya di bulan yang sama.
Ketiga, Ibu. Tinggallah Ibu sendiri di rumah. (Dengan catatan saya jd pergi ke Luar Jawa). Di awal September beliau menunjukkan tanda-tanda kurang sehat memang, dan semakin parah menjelang detik2 keberangkatan saya.
Lha terus kenapa daftar kalau ujung-ujungnya tidak jadi pergi?

Tentu saya tidak menyangka bahwa akhirnya saya tidak jadi pergi. Sebab di awal pendaftaran, meski dengan cara sembunyi-sembunyi dan akhirnya ketahuan, Bapak menunjukkan dukungannya 100% terhadap keputusan saya. Bahkan beliau banyak membantu meyakinkan Ibu saya bahwa keputusan untuk mengikuti SM3T adalah tepat. Jadi, setelah lolos tes verifikasi tahap pertama, lanjutlah saya ke tahap tes kedua yaitu tes Online yang menggunakan sistem komputer seperti tes CAT pada rekrutmen CPNS. Meski sempat terkendala oleh koneksi jaringan, tes-nya berjalan dengan baik.
Awal Juni 2014, pengumuman muncul dan saya dinyatakan LULUS.
Disisi lain, untuk jaga-jaga kalau saya tidak lulus tes SM3T, saya pun mengajukan lamaran di SMP yang saya incar sejak awal. Dan karena hanya itu yang diinginkan, tak seperti teman-teman lain yang mengajukan lamaran ke berbagai instansi, saya hanya mengajukan 1 surat lamaran sejak saya lulus kuliah. Tak ada niat sama sekali untuk coba-coba lamar di sekolah lain.
Setelah dinyatakan lulus seleksi akademik, berikutnya adalah tes wawancara. Segala persyaratan yang diminta dibawa saat tes wawancara yaitu:
(1) Identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku Asli dan Fotokopi
(2) Fotokopi ijazah yang telah disahkan (legalisasi).
(3) Khusus lulusan tahun 2014 yang belum memiliki ijazah dapat menggunakan Surat Keterangan Lulus (SKL) Asli yang ditandatangani dan/atau diketahui Pembantu/Wakil Rektor Bidang Akademik.
(4) Fotokopi transkrip nilai yang telah disahkan (legalisasi).
(5) Surat keterangan sehat dari dokter.
(6) Surat Keterangan Bebas Narkoba (SKBN) dari pejabat yang berwenang.
(7) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang dikeluarkan oleh Polres/Polresta.
(8) Surat pernyataan belum menikah dan bersedia tidak menikah selama mengikuti Program SM-3T dan Pendidikan Profesi Guru (PPG), yang dibuktikan dengan materai 6000 rupiah.
(9) Surat Izin Orang tua/Wali yang ditandatangani dan dibuktikan dengan materai 6000 rupiah.
SEE??!? persyaratan pada poin 5, 6, 7, dan 9 itu, tanpa dukungan dari kedua orang tua mana bisa lanjut. Di hari tes wawancara, yang kebetulan sama dengan hari tes Adik saya di UINSA, dengan diantar oleh tetangga kami sebagai pengemudi karena kedua orang tua berhalangan untuk mengantar, nampaknya segala sesuatu tampak sangat dimudahkan oleh Alloh SWT.
Bagaimana tidak, pada papan pengumuman tertera bahwa pewawancara kelompok saya nanti adalah sosok Dosen yang saya kenal dengan cukup baik selama kuliah. Bahkan kami sempat bertegur sapa saat akan naik Lift menuju tempat wawancara. Saat wawancara pun, sambil bercanda, beliau bilang tidak perlu menanyakan nama saya karena memang sudah saling mengenal.
Yap. Semua nampak begitu mudah sejauh ini.
Saya juga masih ingat, waktu itu adalah tanggal 5 Juli 2014 ketika saya mendapatkan panggilan untuk wawancara dari SMP idaman saya, tempat saya mengajar saat ini. Ternyata hari itu, bukan hanya sekedar wawancara, melainkan juga pernyataan bahwa saya diterima mengajar disana.
Galau-lah orang sekeluarga. Terutama Bapak. Mulai ragu melepas. Ibu apalagi. si Adik malah.
Singkat cerita, setelah dapat bisikan dari sana-sini, kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah. #ApaSih
Semua menyatakan "SEBAIKNYA JANGAN PERGI. DISINI SAJA."
Saya sendiri sekarang.

Keduanya sama-sama diinginkan dan dimau. Kalau boleh egois, mau dua-duanya. Inginnya diijinkan pergi 1 tahun, tapi juga ditunggu kepulangannya untuk mengajar di SMP ini.
Akhirnya, karena kabar final SM3T belum diperoleh, saya pun menunggu sembari mengisi waktu beberapa pekan untuk mengajar disana. Kalau kata Ibu, lumayan dapat pengalaman. Aihh.. bisanya merayu..

Dannn...
pada tanggal 20 Juli 2014, saya dinyatakan lulus tes wawancara dan diharuskan hadir di LPTK pada tanggal 13 Agustus 2014 untuk registrasi dan mulai Prakondisi pada keesokan harinya pada tanggal 14 hingga 26 Agustus 2014.
Jeda waktu yang cukup lama itu ternyata mampu membalikkan semua keadaan. berbagai peristiwa terjadi. Dan... disinilah saya sekarang.
Resolusi 1435 H (Hayo kira-kira mana Resolusi Saya? :)) |
#Saya menyembunyikan semua proses tes yang saya lalui dari beliau.
Setidaknya, saya sudah mencoba. Mengambil kesempatan saya semaksimal mungkin. Hasilnya, terserah pada-Nya.
sip.... :D
BalasHapus